:: W E L C O M E T O M Y B L O G ::

http://cintya1105.blogspot.com
:: FIGTH TILL I FALL , AND NEVER GONNA GIVE UP !!! OPTIMIST , YEEEAAAHHH !!!! ::

Sabtu, 19 Maret 2011

HIV dan penaggulangannya :)

Sampai kini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. Padahal jika dipahami secara logis, HIV/AIDS bisa dengan mudah dihindari. Bagaimana itu?

Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 1987, kasus HIV/AIDS ditemukan untuk pertama kalinya hanya di Pulau Bali. Sementara sekarang (2007), hampir semua provinsi di Indonesia sudah ditemukan kasus HIV/AIDS.

Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menyedot perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan. Namun sesungguhnya masih banyak informasi dan pemahaman tentang permasalahan kesehatan ini yang masih belum diketahui lebih jauh oleh masyarakat.

HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu yang telah terinfeksi. Sedangkan AIDS adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :

Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
Penularan

HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.

Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :

Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dermatitis generalisata yang gatal
Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
Bayi yang ibunya positif HIV
HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu ; menggunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko,tidak menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan sedapat mungkin tidak memberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.

Skrining Dengan Teknologi Modern

Sebagian besar test HIV adalah test antibodi yang mengukur antibodi yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia memerlukan waktu bagi sistim imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh test antibodi. Periode waktu ini dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Periode ini biasa diseput sebagai ‘periode jendela’. Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan bahwa beberapa individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi yang dapat terdeteksi. Maka, jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu. 97% manusia akan mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah infeksi HIV terjadi. Pada kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6 bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV.

Tipe test yang lain adalah test RNA, yang dapat mendeteksi HIV secara langsung. Waktu antara infeksi HIV dan deteksi RNA adalah antara 9-11 hari. Test ini, yang lebih mahal dan digunakan lebih jarang daripada test antibodi, telah digunakan di beberapa daerah di Amerika Serikat.

Dalam sebagian besar kasus, EIA (enzyme immunoassay) digunakan pada sampel darah yang diambil dari vena, adalah test skrining yang paling umum untuk mendeteksi antibodi HIV. EIA positif (reaktif) harus digunakan dengan test konformasi seperti Western Blot untuk memastikan diagnosis positif. Ada beberapa tipe test EIA yang menggunakan cairan tubuh lainnya untuk menemukan antibodi HIV. Mereka adalah

Test Cairan Oral. Menggunakan cairan oral (bukan saliva) yang dikumpulkan dari mulut menggunakan alat khusus. Ini adalah test antibodi EIA yang serupa dengan test darah dengan EIA. Test konformasi dengan metode Western Blot dilakukan dengan sampel yang sama.

Test Urine. Menggunakan urine, bukan darah. Sensitivitas dan spesifitas dari test ini adalah tidak sebaik test darah dan cairan oral. Ia juga memerlukan test konformasi dengan metode Western Blot dengan sampel urine yang sama.

Jika seorang pasien mendapatkan hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan hidup dia juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya.Test HIV selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk menularkan HIV pada anaknya pada sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.

Di Indonesia, rumah sakit besar di ibu kota provinsi telah menyediakan fasilitas untuk test HIV/AIDS. Di Jakarta, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah sakit lain juga sudah memiliki fasilitas untuk itu. Di Bandung, RS Hasan Sadikin juga sudah memiliki fasilitas yang sama.

Daftar Pustaka

http://www.depkes.go.id/. Fakta Tentang HIV dan AIDS. 05 Dec 2006.

http://www.depkes.go.id/. Kumulatif Kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2006.

http://www.hivtest.org/. Frequently Asked Question on HIV/AIDS. 2007.
http://netsains.com/2008/02/lebih-jauh-dengan-hivaids-dan-penanggulanggannya. ARLI ADITYA PARIKESIT
Continue Reading...

Penyakit yang disebabkan SI IMUT, KUCING


Awalnyaaa perbincangan berawal dari ‘ gimana, sih rasanya dioperasi’. Dan jelaslah yang jadi korban pertanyaan itu aku. Karna baru 1,5 bulan yang lalu aku merasakan dioperasi karna kecelakaan.
Ya, karna aku nggak ngerasain apa-apa, jadi nggak ada yang aku ceritain. Akhirnya temenkku mulai cerita, dia bilang dia sering ngerasa tangannya dingin dan kesemutan kalo abis minum obat. Trus, temennkku yg atu nya tanya, ” Emang kamu minum obat apa?”. Menurut pendengaranku, sih dia bilang,” Toxo…”. Awalnya aku ngak ‘ngeh’ Toxo itu apa. Tapi temenkuu yg atu nya itu a langsung tercengang gitu, trus tanya, ” Kamu gejala toxo??”. Dengan nyantainya temenku yg pertama (pelaku pertama.red*) jawab,” Udah kena malah.”.

Ternyata temenku (pelaku pertama.red*) salah satu penderita toxoplasmosis. Sudah 1 tahun ia berobat dan sekarang dia nggak mau minum obat lagi. Malas, katanya, udah capek minum obat. Awalnya, tanda-tandanya belum kelihatan, dia cuma ngerasain kepala bagian bawahnya itu sering sakit seperti dipukul. Setelah diperiksa, ternyata ia sudah mengidap penyakit itu sejak masih kecil. Ia cerita, sejak kecil ia suka sekali ama kucing. Bahkan sering tidur bareng kucing
parah kalo begini. Trus aku juga tanya,” Emang berbahaya ya penyakit itu?”. Katanya jelas berbahaya, soalnya bisa bikin mandul. Dalam hati aku bilang,” Penyakit serem buat para cewe nih.”
Karna aku penasaran kuadrat, akhirnya aku langsung tanya ama om google setelah sampai di rumah. Dan akhirnya, aku menemukan ini. Silahkan dikunjungi jika ingin tau lebih detail lagi, karna aku cuma mau tulis kesimpulan aja.
Ok, sebagai para wanita, hendaknya kita lebih waspada lagi dengan jenis penyakit ini. Maka dari itu, kita harus mengenalnya lebih dalam lagi, check it out…
Apa, sih Toxoplasmosis itu? Sejenis makanan kah? Tentu saja ngga…

Toxoplasmosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa yang tergolong dalam coccidia. Sebagai haspes definitif parasit ini adalah kucing, dan kita adalah haspes perantaranya.
Siklus haspes Toxoplasmosis gondii terdiri dari dua fase, yaitu fase reproduktif ( aseksual dan seksual ) dalam haspes definitif dan fase proliferasi. Pada haspes perantara, perkembangan parasit dalam usus kucing menghasilkan ookista yang di keluarkan bersama dengan tinja kucing . Ookista menjadi matang dan infektif dalam waktu 3-5 hari di tanah.
Ookista yang matang dapat hidup setahun didalam tanah yang lembab dan panas, yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Ini nih yang perlu kita ketahui: seekor kucing dapat menghasilkan ookista 10 juta sehari selama 2 minggu . (ngerii weww )
Sekarang cara penularannya
Tau ngga, sih, ternyata toxoplasmosis itu nggak cuma disebabkan oleh kucing. Karna seperti yang diuraikan di atas tadi, ookista juga hidup di dalam tanah. Jadi jika ookista yang matang tertelan tikus, burung, babi, kambing dan manusia ( haspes perantara) maka haspes perantara akan terinfeksi. Manusia dapat terinfeksi parasit ini bila memakan daging yang kurang matang atau sayuran yang mengandung okista atau dapat pula pada anak-anak yang suka bermain di tanah serta ibu-ibu yang gemar berkebun dan petani yang tangannya dapat tertempel ookista dari tanah. Hal ini dapat juga terjadi pada orang yang senang menggendong-gendong kucing sebagai hewan kesayangan, karena tangan mereka dapat tertempel ookista dari bulu kucing.
Setelah ookista atau kista jaringan ditelan manusia, nasib parasit akan ditentukan oleh keadaan kekebalan tubuh penderita :
Apabila keadaan kekebalan tubuh baik, maka parasit didalam sel yang berbentuk bradyzoite akan mati. Parasit dan sel tubuh yang mati ini akan menimbulkan reaksi radang menahun ringan seperti berkumpulnya sel limfosit dan makrofag.
Pada individu yang tidak mempunyai kekebalan tubuh atau kekebalan tubuhnya sangat rendah maka parasit yang ada didalam sel tersebut akan berkembang dengan cepat sehingga sel akan rusak. Dalam hal seperti ini akan banyak ditemukan kerusakan sel dengan parasit disekitarnya dan reaksi radang. Pada keadaan seperti ini, timbul gejala klinis.
Apabila keadaan kekebalan tubuh ada, tetapi tidak cukup untuk mematikan, bradyzoite akan tetap berada didalam sel berupa kista yang tidak menimbulkan reaksi jaringan. Keadaan ini bisa berlangsung lama. Bila suatu saat keadaan yang laten ini dapat berubah menjadi infeksi yang akut.
Wew, serem banget ya…
Trus, gimana cara kita mengetahui apakah terinfeksi toxoplasmosis itu atau tidak?
Manusia yang menderita Toxoplasmosis akut pada umumnya tidak merasakan sakit yang menarik perhatiannya sehingga tidak terdeteksi. Gejala klinis yang muncul mirip dengan gejala klinis penyakit infeksi pada umumnya, yaitu :

•Demam
•Pembesaran kelenjar limfa dileher bagian belakang tanpa rasa sakit
•Sakit kepala
•Rasa sakit di otot
•Lesu / lemas
Tambahan dari aku, ada penderita yang ‘menambah kacamata minusnya lebih tebal’. Jadi hati-hati aja yang merasa ‘memakai kacamata’ dan sepertinya perlu tambahan ‘minus’ lagi. Siap-siap periksa, deh. Tapi nggak semuanya begitu, sih, hehe
Apa akibatnya bagi manusia? *penjelasan tambahan yang disarankan ama yang komeng di bawah ini si Gen (makasih, bro…)


Karna pemintaan para pembacaku yang budiman, setia dan mmuuaccchh… pokoknya hehe. Akhirnya aku googling dan menemukan ini. Jadi aku copy-paste di sini aja ya.
Pada pria, infeksi akut toxoplasma dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening. Bila berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kemandulan. Toxoplasma dan menginfeksi dan menyebabkan peradangan pada saluran sperma. Radang yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyempitan bahkan tertutupnya saluran sperma. Akibatnya pria tersebut menjadi mandul, karena sperma yang diproduksi tidak dapat dialirkan untuk membuahi sel telur.
Seperti pada pria, infeksi toxoplasma yang berlangsung terus menerus dapat menginfeksi saluran telur wanita. Bila saluran ini menyempit atau tertutup, sel telur yang telah dihasilkan oleh indung telur (ovarium) tidak dapat sampai ke rahim untuk dibuahi oleh sperma.
Yang paling berbahaya adalah akibat toxoplasma terhadap Janin/fetus. Kista toxoplasma bisa berada di otak janin menyebabkan cacat dan berbagai macam gangguan syaraf seperti gangguan syaraf mata (buta, dll). Akibat lainnya adalah janin dengan ukuran kepala yang besar dan berisi cairan (hidrocephalus).

Intinya samalah, laki-laki atau wanita yang terkena toxoplasmosis akan berakibat kemandulan.
Terus, gimana cara mengobatinya?
Ada dua jenis pengobatan :
Pengobatan sampai tuntas, yaitu selama 3 – 6 bulan. Apabila dalam waktu 3 bulan pengobatan dinyatakan kandungan TORCH dalam darah telah negatif, maka dapat segera programkan kehamilan, tetapi bila hasilnya belum negatif maka lanjutkan pengobatan 3 (tiga) bulan selanjutnya dan Insya Allah hasilnya akan negative atau di ambang batas (di bawah angka toleransi).
Perawatan Kehamilan ( 0 – 9 bulan ), selama kehamilan harus selalu minum obat atau ramuan secara teratur yang berfungsi melindungi janin dari virus dan parasit juga menetralisir darah.
Terus, gimana kalo mau mencegah biar nggak tertular?
Inilah yang penting, simak baik-baik…
Prinsip pencegahannya itu agar tidak terkena toxoplasmosis adalah dengan memutus rantai penularan sehingga ookista infektif maupun kista tidak masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah :
Mencuci tangan menggunakan air dan sabun sebelum makan dan setelah memegang daging mentah.
Tempat pembuangan tinja kucing harus selalu bersih dan dikosongkan setiap hari. Pekerjaan ini jangan di lakukan oleh wanita hamil.
Orang yang senang berkebun sebaiknya memakai sarung tangan, tangan di cuci dengan air dan sabun agar tidak terkontaminasi dengan ookista infektif.
Mencuci sayuran mentah dan buah – buahan segar dengan bersih sebelum di makan.
Memasak jaringan hewan mamalia dengan sempurna. Kista akan rusak pada suhu diatas 50° C.
Wanita hamil harus menghindarkan diri dari kotoran kucing, tanah dan jaringan mentah.
Wanita yang akan hamil dan yang sudah hamil sebaiknya di periksa darahnya untuk mengetahui adanya toxoplasmosis. Bila di ketahui terkena toxoplasmosis, harus segera di obati agar tidak terjadi penularan secara pasif Nah, gampang kan? Kita bisa lakuin itu sehari-hari koQ. Makanya itu, cobalah dari hal terkecil karna tetap akan berdampak pada kehidupan kita. Apalagi kesehatan itu mahal harganya. Lebih baik mencegah daripada mengobati kan?

hiks hikss padahall aku sukaa kucingg,, gga jadiii deh ambill kitten lagiii ... NGERIIIIIII ! hohohohoho
SEMOGAA BERMANFAAT YAA CINCCAAA .. :D
Continue Reading...
 

Sintia Debi Suringgar Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template